Selasa, 10 November 2015

Paham Tapi Tidak Paham

Banyak orang yang merasa paham tapi sebenarnya tidak paham.
Banyak orang yang merasa tidak paham tapi sebenarnya paham.
Kalimat tersebut berlaku secara universal, salah satunya dalam hal perkuliahan (saya kan lagi kuliah :)). 
Ketika dosen menerangkan suatu hal, semua mahasiswa terlihat memperhatikan. Beberapa paham, ditandai dengan anggukan-anggukan ritmis dari kepala mereka, sambil berkata oh secara pelan. Beberapa lagi tidak paham, ditandai dengan ekspresi datar dan raut bingung di mukanya, sambil sesekali garuk-garuk kepala.
Namun apakah benar paham dan tidak paham dapat dilihat cukup dari anggukan kepala? Sayangnya, dalam banyak kasus hal ini tidak dapat dibenarkan. Mereka yang mengangguk-angguk mungkin sekedar ingin bersopan santun dan menghormati dosen di depan. Beberapa lagi mungkin mengangguk karena benar-benar paham. Beberapa lagi mungkin mengangguk agar terlihat pintar. Atau mungkin (ini kemungkinan buruk) mereka mempunyai gangguan saraf yang mempengaruhi gerak anggukan kepala mereka (seperti Wolfgang Pauli).
Sementara itu, mereka yang berekspresi datar dan bingung, sambil sesekali menggaruk-garuk kepala, kemungkinan besar memang tidak paham. Namun itu tidak berlaku mutlak, mungkin saja sebenarnya mereka paham, tapi ada beberapa bagian yang menurut mereka tidak sesuai dengan asumsi awal mereka. 
Maka dari itu, saya berkata bahwa: banyak orang yang merasa paham tapi sebenarnya tidak paham, dan banyak orang yang merasa tidak paham justru merupakan orang yang paham. Lebih tepatnya ini berkaitan dengan seorang yes-man, yang sekedar mengiyakan informasi yang ia peroleh dari orang tertentu, dengan seorang analysis-man yang selalu mempertanyakan keabsahan informasi yang ia peroleh. 
Lebih baik mana? Saya pikir anda sudah tahu.

0 komentar:

Posting Komentar